PEMBAHASAN
UJI SKORING
Uji skoring merupakan uji yang menggunakan panelis terlatih dan benar-benar tahu mengenai atribut yang dinilai. Tipe pengujian skoring
sering digunakan untuk menilai mutu bahan dan intensitas sifat tertentu misalnya kemanisan, kekerasan,
dan warna. Selain itu,digunakan untuk mencari korelasi pengukuran subyektif
dengan obyektif dalam rangka pengukuran obyektif (presisi alat) (Kartika dkk., 1988).
Menurut Anonim (2006), uji
skoring dilakukan dengan menggunakan pendekatan skala atau skor yang
dihubungkan dengan deskripsi tertentu dari atribut mutu produk. Pada sistem
skoring, angka digunakan untuk menilai intensitas produk dengan susunan
meningkat atau menurun. Uji skoring dilakukan setelah terlebih dahulu diadakan
penyeleksian panelis terlatih yakni dengan uji triangle. Uji skoring dapat digunakan untuk penilaian
sifat sensoris yang spesifik seperti tekstur peyet pada nasi, warna merah
tomat, bau langu pada hasil olahan kedelai
atau sifat sensoris umum seperti sifat hedonik atau sifat-sifat sensoris kolektif
pada pengawasan mutu produk pangan.
Pada praktikum kali ini, praktikan melakukan uji scoring
dengan menilai sifat sensoris yang spesifik pada warna merah tomat. Pemberian
skor didasarkan pada atributkenyal hingga
keras, dengan skala nilai/skor dari 1 hingga 6 dimana nilai 1 menunjukkan sifat yang sangat jelek dan nilai 6 menunjukkan sifat
amat sangat baik. Setelah semua panelis selesai memberikan nilai/skor pada
sampel saos, kemudian akan direkap dengan
seluruh panelis. Analisis yang digunakan untuk merekap data tersebut adalah dengan menggunakan tabel analisis varian untuk contoh saos dan uji duncan untuk mengetahui apakah perlakuan berbeda nyata
atau tidak. Kedua tablel ini dapat dilihat pada poin lampiran.
Berdasarkan hasil uji menggunakan
analisis varian contoh saos didapatkan data bahwa dari ketiga sampel yang diuji
yaitu saos Indofood (kode 753), saos dua belibis (kode 642) dan saos sasa (kode
891) diperoleh nilai F-hitung
yang lebih besar dibandingkan dengan F-tabel.
F hitung sampel didapatkan sebesar 6,473. Nilai Fhitung melewati Ftabel
pada taraf nyata 5% yaitu 3,33. Dari hasil
tersebut dapat disimpulkan
bahwa warna
dari ketiga saos tersebut berbeda
sangat nyata. Maka untuk mengetahui warna mana yang sama atau lebih dari yang lain
memerlukan analisis lebih lanjut, yaitu diperlukan uji Duncan.
Pada uji Duncan
ditentukan standart error (Sy) yaitu 0,192. Urutan rataan skor pada sampel saos
sasa (C) memiliki rataan tertinggi yaitu 4,367, kemudian saos belibis (B)
dengan rataan 4,00, dan terakhir saos indofood (A) dengan rataan 3,4.
Penggunaan Duncan chart dengan 3 perlakuan yaitu P 2 dengan range 2,83 kemudian
didapat LSR (Least Significans Range) 0,54, lalu P 3 dengan range 2,98 kemudian
didapat LSR 0,57. Pada P4 dengan range 3,08 didapat LSR sebesar 0,59. Setelah
didapat LSR tersebut maka dilakukan pembandingan yaitu: saos belibis (B) - saos
Indofood (A) ; 4,00 – 3,40 = 0,60 > 0,54, hasil tersebut membuktikan bahwa warna
saos belibis berbeda nyata dengan saos Indofood. Kemudian dilakukan
pembandingan saos sasa (C) dengan saos Indofood (A) dengan perhitungan rata –
rata dari saos sasa – saos Indofood; 4,367 – 3,40 = 0,967 > 0,57, hasil tersebut membuktikan bahwa warna
saos sasa berbeda nyata dengan saos indofood. Terakhir pembandingan rata –
rata antara saos sasa (C) dan saos belibis (B) = 4,367 – 4,00 = 0,367
< 0,59, hasil tersebut membuktikan bahwa warna saos sasa sama atau tidak berbeda
nyata dengan saos belibis.
DAFTAR
PUSTAKA
Anonim, 2006. Pengujian Organoleptik (Evaluasi
Sensori) dalam Industri Pangan. [terhubung
berkala] www.ebookpangan.com (3 November 2012)
Kartika, B., B. Hastuti., W. Supartono. 1988. Pedoman Uji Inderawi Bahan Pangan. PAU Pangan dan Gizi UGM.Yogyakarta.
0 komentar:
Posting Komentar