Minggu, November 04, 2012

Uji Skoring Pengawasan Mutu



PEMBAHASAN UJI SKORING

Uji skoring merupakan uji yang menggunakan panelis terlatih dan benar-benar  tahu mengenai atribut yang dinilai. Tipe pengujian skoring sering digunakan untuk menilai mutu bahan dan intensitas sifat tertentu misalnya kemanisan, kekerasan, dan warna. Selain itu,digunakan untuk mencari korelasi pengukuran subyektif dengan obyektif dalam rangka pengukuran obyektif (presisi alat) (Kartika dkk., 1988).
Menurut Anonim (2006), uji skoring dilakukan dengan menggunakan pendekatan skala atau skor yang dihubungkan dengan deskripsi tertentu dari atribut mutu produk. Pada sistem skoring, angka digunakan untuk menilai intensitas produk dengan susunan meningkat atau menurun. Uji skoring dilakukan setelah terlebih dahulu diadakan penyeleksian panelis terlatih yakni dengan uji triangle. Uji skoring dapat digunakan untuk penilaian sifat sensoris yang spesifik seperti tekstur peyet pada nasi, warna merah tomat, bau langu pada hasil olahan kedelai atau sifat sensoris umum seperti sifat hedonik atau sifat-sifat sensoris kolektif pada pengawasan mutu produk pangan.
Pada praktikum kali ini, praktikan melakukan uji scoring dengan menilai sifat sensoris yang spesifik pada warna merah tomat. Pemberian skor didasarkan pada atributkenyal hingga keras, dengan skala nilai/skor dari 1 hingga 6 dimana nilai 1 menunjukkan sifat yang sangat jelek dan nilai 6 menunjukkan sifat amat sangat baik. Setelah semua panelis selesai memberikan nilai/skor pada sampel saos, kemudian akan direkap dengan seluruh panelis. Analisis yang digunakan untuk merekap data tersebut adalah dengan menggunakan tabel analisis varian untuk contoh saos dan uji duncan untuk mengetahui apakah perlakuan berbeda nyata atau tidak. Kedua tablel ini dapat dilihat pada poin lampiran.
Berdasarkan hasil uji menggunakan analisis varian contoh saos didapatkan data bahwa dari ketiga sampel yang diuji yaitu saos Indofood (kode 753), saos dua belibis (kode 642) dan saos sasa (kode 891) diperoleh nilai F-hitung yang lebih besar dibandingkan dengan F-tabel. F hitung sampel didapatkan sebesar 6,473. Nilai Fhitung  melewati Ftabel pada taraf nyata 5% yaitu 3,33. Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa warna dari ketiga saos tersebut berbeda sangat nyata. Maka untuk mengetahui warna mana yang sama atau lebih dari yang lain memerlukan analisis lebih lanjut, yaitu diperlukan uji Duncan.
  Pada uji Duncan ditentukan standart error (Sy) yaitu 0,192. Urutan rataan skor pada sampel saos sasa (C) memiliki rataan tertinggi yaitu 4,367, kemudian saos belibis (B) dengan rataan 4,00, dan terakhir saos indofood (A) dengan rataan 3,4. Penggunaan Duncan chart dengan 3 perlakuan yaitu P 2 dengan range 2,83 kemudian didapat LSR (Least Significans Range) 0,54, lalu P 3 dengan range 2,98 kemudian didapat LSR 0,57. Pada P4 dengan range 3,08 didapat LSR sebesar 0,59. Setelah didapat LSR tersebut maka dilakukan pembandingan yaitu: saos belibis (B) - saos Indofood (A) ; 4,00 – 3,40 = 0,60 > 0,54, hasil tersebut membuktikan bahwa warna saos belibis berbeda nyata dengan saos Indofood. Kemudian dilakukan pembandingan saos sasa (C) dengan saos Indofood (A) dengan perhitungan rata – rata dari saos sasa – saos Indofood; 4,367 – 3,40 = 0,967 >  0,57, hasil tersebut membuktikan bahwa warna saos sasa berbeda nyata dengan saos indofood. Terakhir pembandingan rata – rata  antara saos sasa (C) dan saos belibis (B) = 4,367 – 4,00 = 0,367 < 0,59, hasil tersebut membuktikan bahwa warna saos sasa sama atau tidak berbeda nyata  dengan saos belibis.

DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 2006. Pengujian Organoleptik  (Evaluasi Sensori) dalam Industri Pangan. [terhubung berkala] www.ebookpangan.com (3 November 2012)
Kartika, B., B. Hastuti., W. Supartono. 1988. Pedoman Uji Inderawi Bahan Pangan. PAU Pangan dan Gizi UGM.Yogyakarta.

0 komentar:

Posting Komentar