Minggu, November 25, 2012

I Miss You (Horror-Romance Thailand Film)



Tadi malem, saya sama temen-temen kostan nonton film bergenre horror romance dari Thailand. Judulnya I miss you. Ini film horor Thailand ke tiga yang saya nonton, setelah film 4bhia da ladda land yang sumpah sereem bangett. 


Director:
Monton Aryangkun


Cast:
Apinya Sakuljareonsuek, Jetsadaporn Poldee, Nattaweranuch Thongmee


Genre:
Horror, Romance


Run Time:
122 mins


Opens:
26 July 2012


Rating:
PG13 Horror

Film ini dibuka dengan seorang dokter professional, Dr Thana (Jetsadaporn Poldee) yang masih depresi gara-gara tunangannya tewas kecelakaan. Waktu itu dia dan pacarnya satu mobil bareng, terus ada sepeda motor nyalib, jadinya mereka mengalami kecelakaan tragis. Yang meninggal hanyalah pacarnya namanya Dr. Nok (Nattaweranuch Thongmee) yang tewas mengenaskan. Pria ini sulit banget ngelupain almarhumah ceweknya. Sampai-sampai di apartemennya dipajang lukisan gede sang pacar yang lagi preweeding. Gede bangeeettt. 
 


Itu dokter juga rutin banget ngasi buket bunga wediing di tempat kejadian kecelakaan. Dan lagi mayat cewenya gag dikuburin, malah disimpen untuk mengenangnya. Malah cincin tunangan cewenya, masih nempel di jari mayat cewenya yang udah meninggal.

Ada dokter imut bernama Dr. Bee (Apinya Sakuljaroensuk). Dia suka sama Thana, dan sebaliknya juga begitu. Tapi karena Thana masih dibayangi masa lalu, Thana ragu. Sementara Bee tahu kalau arwah mantan pacar Thana suka gangguin cewek-cewek yang deket sama Thana. Singkatnya, bee kesel karena enggak dianggap. Terus ternyata pas di mobil, sebelum kecelakaan terjadi, Thana sempat selingkuh. Thana One night stand sama cewek. Cewek ini juga masih suka main ke apartemen Thana. Dan ternyata cewe selingkuhan ini lah yang menyebabkan tunangannya sama thana meninggal. Dr.Nok yang sudah menjadi hantu, menunjukkan klue perselingkuhan nya dengan ngebawa bee ke mobil yang digunakan waktu kejadian kecelakaan. Disitu bee nemuin foto thana yang selingkuh sama cewe lain. Parah banget ternyata dia selingkuh, udah mau tunangan padahal.

I Miss You mungkin tontonan yang tepat untuk penonton drama, awam, dan nyari scene-scene deg-degan alias penampakan yang sebenarnya jelek dan enggak serem. Tapi film ini jadi box office di Thailand sendiri. Lupakanlah penampakan mengerikan hantu Natre di film Shutter. Film yang dikabarkan mempunyai 3 ending yang berbeda ini dikemas dengan twist yang membuat kita berfikir untuk nonton film ini lebih dari sekali. 
Selamat Menonton^^

Museum dan Pewarisan Jati Diri




Hilangnya sekitar 20 buku besar sebagai master piece koleksi yang pernah terjadi di Museum Radya Pustaka Solo tentu telah mengagetkan banyak kalangan. Betapa barang-barang bersejarah yang mampu menjelaskan jati diri bangsa Indonesia masa lalu mengalami perlakuan yang tidak semestinya. Termasuk 4 jilid buku Werna Werni Sinjang karangan Raja Keraton Kasunanan Paku Buwono X, yang memuat gambar motif batik Solo disertai cara pembuatannya.
Tentu masyarakat juga akan susah untuk masih mengingat hilangnya sejumlah arca batu dan perunggu koleksi Museum Radya Pustaka Solo yang diperkirakan berlangsung antara 22 Oktober 2006 sampai 7 Maret 2007. Tidak adanya perhatian terhadap peninggalan sejarah masyarakat jelas menyemarakkan praktik pencurian koleksi museum, yang suatu saat juga bisa menimpa atau sudah terjadi di museum-museum yang lain.
Masyarakat Indonesia telah mengepung alam fikiran kesehariannya dengan dunia industri dan selera modernitas sehingga melupakan museum yang terkesan kuno. Kapitalisme global dengan jargon efektif dan efesien telah mampu merubah jati diri masyarakat. Keterbukaan dan penghargaan sesama manusia dalam interaksi tawar-menawar di pasar tradisional, lenyap saat pasar modern datang dengan menawarkan privasi belanja masyarakat berupa rasa aman dan nyaman.
Perubahan sifat dasar masyarakat tersebut telah terjadi di banyak aspek, mulai dari pendidikan, politik, transaksi kekuasaan, dan pembangunan. Pragmatisme pencapaian hasil yang tidak mempedulikan proses menjadi perilaku kultural masyarakat. Maka, sekolah telah membunuh kemanusiaan dengan ketidakjujuran dalam ujian nasional, partai politik menawarkan kalangan selebritas sebagai calon legislatif tanpa proses kaderisasi, sampai pada pembusukan birokrasi kekuasaan pemerintahan yang berawal dari tidak rasionalnya gaji dengan standar kehidupan layak.
Dengan kondisi semacam itu, diperlukan kembali penggalian informasi budaya masa lalu dan memberi makna dalam konteks masyarakat masa kini. Ini tidak hanya terkait dengan karakter atau mentalitas yang tergerus, tetapi persoalan pelestarian budaya (heritage society) untuk membangun masa depan masyarakat yang lebih baik. Dan peran ini semestinya dijalankan dengan memosisikan museum sebagai poros pembangunan jati diri masyarakat.
Bangsa yang besar adalah bangsa yang mengenali jati dirinya. Dengan demikian, yang harus dilakukan jika bangsa Indonesia benar-benar bertekad menjadi bangsa yang besar adalah mengenali jati dirinya terlebih dahulu. Namun jika masyarakat sudah tidak mempedulikan lagi tentang hakikat jati diri bangsa Indonesia, maka sangat dimaklumi jika arah pembentukan karakter generasi muda saat ini mengalami anomali perjalanan.
Berkenaan dengan tujuan tersebut, museum-museum yang di ada, terutama di Ibu Kota Jakarta, harus berubah dari sekadar tempat pameran benda-benda kuno menjadi pusat kajian budaya lokal yang mampu mentransformasikan gagasan budaya yang bernilai kultural tinggi menjadi strategi aplikatif, terapan, dan kekinian. Sebagai contoh refleksi sejarah sekaligus karakter generasi muda Indonesia adalah melalui pemaknaan ulang Museum Sumpah Pemuda.
Museum yang berada di Jalan Kramat Raya 106, tempat dibacakannya Sumpah Pemuda merupakan sebuah rumah pondokan untuk pelajar dan mahasiswa milik keturunan Cina, Sie Kok Liong. Di gedung milik Sie Kok Liong ini pernah tinggal beberapa tokoh pergerakan, seperti Muhammad Yamin, Aboe Hanifah, Amir Sjarifudin, dan A.K. Ghani. Sejak 1925 gedung tersebut menjadi tempat tinggal pelajar yang tergabung dalam Jong Java yang kebanyakan sebagai pelajar Sekolah Pendidikan Dokter Hindia atau  STOVIA. Selain memberikan inspirasi ketekunan dari kalangan terpelajar masa lalu, setidaknya tekandung maksud solidaritas sesama pemuda untuk mampu menjadi agent of social changes.
Keberadaan Museum Sumpah Pemuda yang diresmikan Gubernur DKI Jakarta, Ali Sadikin pada 20 Mei 1973 dan diresmikan kembali oleh Presiden Soeharto pada 20 Mei 1974, tentu bukan hanya asal ada, tetapi dalam konteks pewarisan gagasan-gagasan untuk menjaga dan membangun identitas perjuangan kalangan muda Indonesia. Sudah mafhum bahwa gagasan perjuangan kalangan muda Indonesia masa lalu adalah mewujudkan persatuan dan kesatuan dalam berbangsa sekaligus mengawal berlakunya bahasa Indonesia sebagai bahasa pemersatu bangsa. Parahnya, ikrar “satu bahasa, bahasa Indonesia” tersebut terasa hilang makna setelah terjadinya imperialisasi bahasa asing secara akut terhadap bahasa Indonesia.
Di beberapa kota lain, museum dibangun karena memiliki kedekatan sejarah dengan lokalitas masyarakat. Insiden dan konflik yang diakibatkan bermacam-macam alasan sejarah dan masa lalu menimbulkan warna-warni museum. Di Daerah Istimewa Yogyakarta, Museum Yogya Kembali menggambarkan kegigihan dan kelihaian strategi pasukan rakyat dalam melawan Belanda yang dilandasi adanya kebersamaan masyarakat. Untuk menambah warna museum, sejarah perjuangan kalangan muda Indonesia masa kini juga layak untuk didioramakan dalam Museum Sumpah Pemuda yang kini semakin terasingkan.
Dengan kata lain, museum sebagai kepentingan publik mesti mampu menjadi counter budaya masyarakat karena posisinya sebagai salah satu kepentingan publik. Secara kompetitif, museum sebagai ruang publik telah terkalahkan oleh ruang publik lain yang mampu menyuplai kesenangan sesuai gaya modernitas. Untuk itu, gagasan budaya dari museum-museum yang ada, harus direkayasa untuk dapat dirasakan masa kini, sehingga terjadi diferensiasi koleksi disertai positioning yang jelas dalam promosi untuk mengawal jati diri lokalitas masyarakat. Tentu langkah konkret tersebut harus dimulai dari dunia pendidikan untuk menggerakkan kembali belajar dari museum

Written by Muh. Khamdan

http://www.dikti.go.id/index.php?option=com_content&view=article&id=1818%3Amuseum-dan-pewarisan-jati-diri&catid=159%3Aartikel-kontributor&Itemid=284
 

Sabtu, November 24, 2012

Goal Programming



Tugas Penelitian Operasional

Soal     :
Formulasi Goal Programming Formulasi Goal Programming (GP) pribadi anda untuk tujuan-tujuan berikut:
1.      Durasi penyelesaian studi (bulan)
2.      Masa tunggu untuk 1st job (bulan)
3.      Masa tunggu to get married (bulan)
4.      Target jumlah gaji 1st job (106)
Defenisikan parameter dec. variable. Tentukan interpretasi hasil anda. Apa implikasi hitungan Goal Programming (GP) tersebut terhadap kinerja saat ini.
Jawab:
Parameter dec. variable :
X1= Waktu produktif (belajar, kerja, dan usaha) ; X2= Waktu non produktif
Formulasi:
1.      X1  + X2  + d1- - d1+  = 22
2.      X1 + X2 + d2- - d2+ = 23
3.      X1 + X2 + d3- - d3+ = 48
4.      X1         + d4- - d4+ = 10
5.              X2                ≤ 1
Minimize Z = d1+ + d2+ + d3+ + d4-
Interpretasi :
Goal 1: Durasi yang diperlukan untuk menyelesaikan studi terhitung dari sekarang (14 Oktober 2012) adalah tidak boleh lebih dari 22 bulan dari tanggal tersebut.
Goal 2:  Masa tunggu yang diperlukan untuk 1st job terhitung dari sekarang (14 Oktober 2012) adalah maksimal 21 bulan dari tanggal tersebut.
Goal 3: Masa tunggu yang diperlukan to get married terhitung dari sekarang (14 Oktober 2012) adalah tidak boleh lebih dari 48 bulan.
Goal 4:  Target jumlah gaji 1st job minimal 10 juta.
*Waktu non produktif untuk mencapai target tidak boleh lebih dari 1 bulan.
Implikasi hitungan Goal Programming (GP) terhadap kinerja saat ini:
1.      X1  + X2  + d1- - d1+  = 22
X1= 0 ; X2= 22
X1= 22 ; X2= 0
2.      X1 + X2 + d2- - d2+ = 23
X1= 0 ; X2= 23
X1= 23 ; X2= 0
3.      X1 + X2 + d3- - d3+ = 48
X1= 0 ; X2= 48
X1= 48 ; X2= 0
4.      X1 + d4- - d4+ = 10
X1 = 10
5.      X2 ≤ 1